KRICOM - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dinilai sedang mencari simpati publik lantaran pernyataannya soal adanya institusi negara yang memesan 5 ribu pucuk senjata ilegal. Namun, tindakan tersebut dinilai keliru oleh berbagai kalangan.
Menurut pengamat politik, Ray Rangkuti, informasi semacam itu perlu diungkapkan, namun sebaiknya tak dibeberkan ke media massa.
"Dia kan pejabat negara. Ada mekanismenya. Ke DPR dong bilang 'kami menemukan ini' atau sampaikan kepada presiden, harusnya begitu," kata Ray kepada Kriminalitas.com di Jakarta, Kamis (28/9/2017).
Ray melanjutkan, jika memang penting, seharusnya data dan informasi itu dibeberkan melalui konferensi pers.
"Tapi kalau forum begituan ya gak bener. Karena ini kan bukan isu," kata Direktur Lingkar Madani Indonesia ini.
Justru, lanjut Ray, ucapan Panglima itu membuat dirinya menjadi korban bully di media sosial.
"Terjawab kan (terbukti dikecam)," kata pria berdarah Minang ini.
"Menurut saya, dia harus memperhitungkan juga. Sekarang bukannya mendapatkan simpati, tapi malah antipati (sikap benci) terhadap dia yang muncul," tuturnya.
Diketahui, Jenderal Gatot pernah menyatakan kepada pers bahwa ada institusi di luar TNI yang berencana mendatangkan 5.000 pucuk senjata secara ilegal ke Indonesia.
Pernyataan soal dugaan pembelian 5.000 senjata ilegal itu diungkapkan oleh Gatot saat menggelar pertemuan dengan sejumlah purnawirawan jenderal di Mabes TNI di Cilangkap, Jakarta pada Jumat (22/9/2017) lalu.
Hadir dalam pertemuan itu, antara lain Wakil Presiden keenam Try Sutrisno, mantan Panglima ABRI Wiranto yang saat ini menjabat Menkopolhukam, mantan Pangkostrad yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mantan Panglima TNI, Endriartono Sutarto, Widodo AS, dan Agus Suhartono.