KRIMINALITAS.COM, Jakarta - AS (28) pria peretas situs Dewan Pers menyebut, banyak website pemerintah yang masih lemah. Akibatnya, mudah bagi para hacker menyusup hingga meretas situs tersebut.
"Masih banyak yang dibypass baik log in ataupun upload file, kemudian masih banyak yang bermasalah dengan CMS (Content Management System)-nya, masih banyak bisa di-inject," kata AS ditemui di Gedung Dittipidsiber Bareskrim Polri, Jumat (9/6/2017).
Namun AS enggan menyebut nama-nama situs pemerintah yang mudah diretas tersebut. Dia hanya menyebut jika sudah diretas, biasanya server pemerintah tersebut langsung tidak berfungsi.
"Masalah server-nya banyak yang mudah down, dapat serangan sebentar saja, dan tidak perlu orang banyak," lanjutnya.
AS menambahkan, aksi peretasan tidak didasari keuangan. Biasanya peretasan dilakukan demi mencari kepuasan batin dan pengakuan kelompok hacker.
Tercermin dalam setiap aksi peretasan, selalu ada pesan khusus disampaikan olehnya. Seperti ketika dia meretas sebuah situs di Samarinda. Itu dilakukan untuk mengungkapkan duka cita atas tragedi bom di sana pada tahun 2016.
"Kalau Samarinda cuma pesan duka cita aja sih. Kalau yang Dewan Pers saya cuma pengen sampaikan apa yang diributkan selama ini," jelasnya.
Sebelumnya, AS ditangkap aparat di Sukoharjo, Jawa Tengah. AS diketahui adalah peretas berpengalaman yang telah melakukan beberapa perubahan tampilan halaman muka (defacing) salah satunya terhadap situs Dewan Pers.