KRICOM - Kehadiran Pemimpin Besar Korea Utara (Korut) Kim Jong-un untuk menggelar pertemuan dengan Presiden Republik Rakyat Cina (RRC) Xi Jinping di Ibu Kota Beijing, telah mencuri perhatian sejumlah kalangan. Pasalnya, kunjungan tersebut terkesan ditutup-tutupi sehingga sempat menimbulkan rasa penasaran.
Namun perhatian publik tak hanya berpusat pada 'pertemuan tak resmi' antara Xi dan Kim di Beijing. Masyarakat internasional juga tertarik untuk membahas moda transportasi kereta listrik yang digunakan Kim untuk berangkat dari Korut menuju Cina.
Dari foto-foto yang beredar di dunia maya, kereta listrik tersebut dilabur menggunakan cat berwarna hijau dengan garis kuning di setiap sisinya.
Menurut laporan yang dirilis The Guardian, kereta tersebut tergolong 'legendaris'. Pasalnya, kereta tanpa nama itu juga sempat ditumpangi oleh Kim Jong-il, ayah dari Kim Jong-un untuk mengunjungi Cina pada tahun 2011.
Selain itu, pendiri Republik Rakyat Demokratik Korea (nama resmi Korut), Kim Il-sung juga pernah mengunjungi cina pada tahun 1982 dengan menggunakan kereta api. Namun tidak dijelaskan apakah Kim Il-sung menggunakan kereta yang sama atau tidak.
Dengan sejarah tersebut, kereta yang diperkirakan mampu berlari dengan kecepatan 60 km per jam itu tak hanya menjadi sebuah moda transportasi, tetapi juga alat politik dan propaganda Pemerintah Korut.
Kereta tersebut, menurut data yang dirilis koran asal Korsel, Chosun Ilbo, kereta itu memiliki fasilitas telepon satelit, televisi, ruang konferensi, ruang tidur, dan ruang pertemuan.
"Kunci (propaganda) ada di kereta. Jika yang berangkat Cina hanyalah Kepala Negara Seremonial Kim Yong-nam, maka mereka akan menggunakan pesawat," ujar salah seorang pengamat hubungan Cina-Korut dari Universitas Leeds, Adam Cathcart.
Seperti dikabarkan sebelumnya, Pemimpin Korut Kim Jong-un baru-baru ini melakukan sebuah kunjungan mendadak ke RRC. Menurut kabar yang beredar, Kim telah berangkat menuju Beijing pada hari Minggu (25/3/2018).
Setibanya di Beijing, Kim langsung mengadakan pertemuan dengan Presiden RRC, Xi Jinping untuk membicarakan berbagai isu terkait hubungan baik kedua negara, khususnya soal desakan untuk melakukan denuklirisasi.