KRIMINALITAS.COM, Blora Sebanyak 20 pekerja seks komersial (PSK) dan beberapa muncikari atau germo, mengikuti pembinaan dan pengarahan yang dilakukan jajaran Polres Blora, Jumat (5/5/2017). Pembinaan ini dilakukan, terkait menjelang bulan Ramadhan 2017.
Pembinaan dipimpin langsung Wakapolres Blora Kompol Indriyanto Dian Purnomo.
Puluhan PSK maupun muncikari dari lokalisasi Mbah Ngasim yang berada di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora ini sengaja diundang untuk menjalani pembinaan di Mapolsek Todanan.
Kami melakukan pembinaan ini secara rutin dan kali ini menjelang bulan Ramadhan 2017. Harapan kami, setelah menerima pembinaan ini para PSK maupun muncikari tidak akan kembali menjajakan dirinya melayani pria hidung belang tapi akan kembali ke tengah kehidupan masyarakat pada umumnya. Bahkan, kami juga mengusulkan kepada Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kabupaten Blora untuk dapat memberikan bekal keterampilan," paparnya.
Menurutnya, langkah yang dilakukan ini sebagai upaya pihak kepolisian dalam mengurangi jumlah praktek prostitusi. Selain itu, sebagai langkah preventif dalam rangka menciptakan situasi kamtibmas yang aman, nyaman, tenang serta kondusif.
Sementara itu, Kapolsek Todanan AKP Sutrisno mengatakan, jumlah PSK dan muncikari yang mengikuti pembinaan sebanyak 30 orang. Langkah ini, salah satunya sebagai bentuk kepedulian dalam menekan jumlah PSK di Kabupaten Blora.
Dia berharap, dengan adanya pembinaan dan pengarahan ini, mereka siap untuk kembali ke tengah kehidupan masyarakat. Bahkan, akan mendapatkan atau menjalani profesi yang lebih layak dan tidak melanggar hukum.
Kami sangat berharap, para PSK dan germo ini akan segera kembali ke masyarakat untuk menjalani profesi yang lebih layak dan tidak lagi melanggar hukum. Pembinaan ini telah berkali-kali kami lakukan, namun tetap saja seperti orang mencabuti rumput, yaitu rumput setelah dicabut pasti tumbuh lagi. Alasan PSK dan germo beroperasi sangat klasik, yaitu demi memenuhi kebutuhan ekonomi maupun adanya masalah keluarga, ucapnya.
Merri (39), salah seorang PSK mengaku senang mendapatkan pembinaan dari Polres Blora ini. Namun, karena harus memenuhi kebutuhan keluarganya, ia harus tetap menjalani profesi menjadi wanita penghibur lelaki hidung belang di wilayah Blora. Selain itu, karena tidak memiliki keterampilan khusus, maka satu-satu jalan mendapatkan uang atau pendapatan adalah dengan nekat atau terpaksa menjadi PSK.
Sebetulnya, saya tidak ingin menjadi PSK, namun karena terdesak kebutuhan ekonomi dan saya sendiri telah menjanda dengan dua anak, akhirnya nekat menjalani profesi menjadi PSK. Selain itu, karena pendidikan saya hanya sampai kelas 2 SMP sehingga hanya lulusan SD, sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang layak. Keterampilan pun saya tidak mempunyainya, keluh Merri, yang memiliki nama asli Sri Sugiarti ini.